PEKANBARU, RIAU24JAM.COM – PT Pertamina Hulu Rokan (PHR) terus berupaya meningkatkan produksi minyak di Wilayah Kerja (WK) Rokan, termasuk dalam ikhtiar pencapaian target 1 juta barel minyak per hari (BOPD) di tahun 2030. Berbagai upaya dilakukan, di antaranya dengan menghidupkan kembali sumur-sumur yang sudah tidak aktif (idle well) di WK Rokan.
EVP Upstream Business PHR WK Rokan Edwil Suzandi mengatakan, pihaknya gencar melakukan optimalisasi idle well di WK Rokan, baik untuk sumur penghasil minyak ringan atau Sumatra Light Oil (SLO), maupun sumur penghasil minyak berat atau Heavy Oil (HO).
“Berbagai upaya kami lakukan untuk memaksimalkan sumur-sumur yang ada di WK Rokan, termasuk sumur non-aktif (idle well). Di antaranya dengan memperpanjang umur sumur atau well intervention dengan cara melakukan pelubangan dinding sumur (perforasi) dan melakukan perawatan hingga pembersihan sumur. Kami juga lakukan pengecekan baik itu evaluasi maupun koreksi kerusakan kerusakan pada sumur (well stimulation) agar bisa berproduksi dengan maksimal,” kata Edwil.
Tak hanya itu, lanjut Edwil, PHR juga memanfaatkan teknologi canggih sebagai metode optimalisasi sumur dengan mengangkat materi migas (hidrokarbon) dari dalam sumur ke permukaan atau disebut artificial lift optimization, termasuk mencegah agar pasir tidak ikut terproduksi bersama migas (sand control).
“Selain itu, metode optimalisasi sumur lainnya yakni dengan cara melakukan konversi sumur yang tadinya sumur produksi menjadi sumur injeksi. Kita juga lakukan workover atau kerja ulang pindah lapisan terhadap sumur yang ada untuk mendapatkan produksi minyak yang lebih baik,” kata Edwil.
Edwil menambahkan, untuk saat ini jumlah idle well di WK Rokan yang diaktifkan kembali oleh PHR telah mencapai 601 sumur sejak alih kelola WK Rokan pada Agustus 2021 hingga 2023 berjalan. Tentunya, upaya mengaktifkan kembali idle well di WK Rokan terus dilakukan oleh PHR sebagai upaya peningkatan produksi untuk menopang energi nasional.
“Kami juga memanfaatkan teknologi artificial inteligent dalam upaya mengoptimalkan kinerja sumur di WK Rokan agar terus berproduksi. PHR juga melakukan kerja sama dengan berbagai pihak, termasuk melakukan studi dengan pihak universitas untuk evaluasi sumur-sumur idle. Berbagai upaya ini kami lakukan dalam peran PHR sebagai penopang energi nasional dan upaya pencapaian target 1 juta BOPD di tahun 2030,” kata Edwil.
Selain itu, lanjut Edwil, PHR juga melakukan re-assessment (penilaian ulang) sumur lama dengan konsep baru. Di antaranya re-assessment reservoir management (pengelolaan cadangan) agar memberikan peluang penghasil minyak yang sebelumnya tidak teridentifikasi. PHR juga menerapkan pengelolaan cadangan minyak bumi yang terintegrasi (integrated reservoir management) dalam mencari peluang di sumur-sumur yang sudah tua (mature/brown field).
TENTANG PHR WK ROKAN
PT Pertamina Hulu Rokan (PHR) merupakan salah satu anak perusahaan Pertamina yang bergerak dalam bidang usaha hulu minyak dan gas bumi di bawah Subholding Upstream, PT Pertamina Hulu Energi (PHE). PHR berdiri sejak 20 Desember 2018.
Pertamina mendapatkan amanah dari Pemerintah Indonesia untuk mengelola Wilayah Kerja Rokan sejak 9 Agustus 2021. Pertamina menugaskan PHR untuk melakukan proses alih kelola dari operator sebelumnya. Proses transisi berjalan selamat, lancar dan andal. PHR melanjutkan pengelolaan WK Rokan selama 20 tahun, mulai 9 Agustus 2021 hingga 8 Agustus 2041.
Daerah operasi WK Rokan seluas sekitar 6.200 km2 berada di 7 kabupaten/kota di Provinsi Riau. Terdapat 80 lapangan aktif dengan 11.300 sumur dan 35 stasiun pengumpul (gathering stations). WK Rokan memproduksi seperempat minyak mentah nasional atau sepertiga produksi pertamina. Selain memproduksi minyak dan gas bagi negara, PHR mengelola program tanggung jawab sosial dan lingkungan dengan fokus di bidang pendidikan, kesehatan, ekonomi masyarakat dan lingkungan.**
Kolom Komentar post