RIAU24JAM.COM – Hubungan suami istri selama kehamilan, aman untuk dilakukan pada segala usia kandungan.
Namun, terdapat dua syarat penting, yakni ibu dan ayah nyaman, serta kondisi kehamilan aman.
Hal itu disampaikan dr. Aviasti Pratiwi Andayani dari Klinik Utama Jasmine MQ Medina, Bandung, Jawa Barat.
“Perubahan badan, seringkali membuat Bunda merasa tidak nyaman dan kurang percaya diri. Belum lagi mood swing, dan libido menurun. Itu hal wajar karena pengaruh hormonal, belum lagi kekhawatiran tentang kondisi janin di dalam kandungan,” katanya kepada rekan media.
Tidak sedikit pula, banyak pasangan mengkhawatirkan janin ‘tersundul’ saat hubungan suami istri.
Saat hamil, dr. Aviasti Pratiwi Andayani menyatakan, memang ada banyak perubahan posisi persendian terutama, di tulang belakang dan panggul berubah.
Akibatnya ibu hamil mengalami perubahan postur tubuh dan titik keseimbangan.
“Jadi memang harus lebih berhati-hati dalam memilih posisi saat berhubungan,” ujarnya.
Saat trimester 1 kehamilan (usia kandungan 1-3 bulan), mungkin masih bisa mencoba semua posisi hubungan suami istri.
Trimester 2, saat rahim sudah mulai membesar, ibu hamil mulai merasa kesulitan, apalagi trimester 3. Di masa-masa inilah penting sekali untuk berkomunikasi antarpasangan untuk cari posisi nyaman.
Poin-poin penting yang bisa diingat adalah sebagai berikut:
Posisi paling aman hubungan suami istri adalah posisi di mana ibu hamil merasa nyaman
Hindari posisi yang menyebabkan area perut tertekan
Hindari posisi yang membuat ibu harus berbaring terlentang dalam waktu lama (lebih dari 10 menit)
Hindari posisi yang memerlukan keseimbangan tingkat tinggi (misal, posisi angkat satu kaki, atau handstand)
Penting untuk diketahui
1. Penetrasi Mr. P itu hanya sampai ke saluran Mrs. V saja. Janin terlindung dan terpisah dari Mrs. V oleh “gerbang” kuat bernama serviks (mulut rahim).
Jadi, apa pun posisinya, tidak akan ‘menyundul’ janin.
2. Bayi juga aman dan terlindungi di dalam rahim dalam lapisan air ketuban.
Kantung ketuban yang berisi air ini juga berfungsi sebagai penahan guncangan, sehingga memastikan janin aman dari guncangan selama aktivitas fisik ibu.
Apakah air mani aman bagi janin?
Air mani terdiri dari sperma dan zat lainnya yang memiliki berbagai fungsi.
Salah satu zat yang terkandung di dalam air mani dan diperkirakan dapat mempengaruhi kondisi rahim saat hamil adalah Prostaglandin.
Prostaglandin sebenarnya tidak hanya terkandung di air mani saja, di dalam rahim dan tubuh ibu juga mengandung banyak prostaglandin.
Prostaglandin juga zat yang sangat penting dalam proses persiapan tubuh menjelang persalinan, karena menurut penelitian, prostaglandin adalah salah satu zat yg berperan menstimulasi terjadinya kontraksi rahim yang merupakan bagian penting dalam proses persalinan.
dr. Aviasti Pratiwi Andayani menyatakan, seringkali setelah berhubungan, ibu merasa ‘mules’. Nah, hal ini merupakan tanda terjadinya kontraksi ringan pada rahim yang disebabkan diantaranya karena kandungan prostaglandin di dalam air mani.
Walaupun sesungguhnya banyak faktor lain yang juga turut mempengaruhi, seperti: Stimulasi yang terjadi pada mulut rahim saat penetrasi. Hormon oksitosin, endorphin, adrenalin, dan berbagai hormon lainnya yang juga turut diproduksi saat berhubungan.
Bolehkah air mani keluar di dalam Miss V?
“Boleh, kalau setelah berhubungan tidak ada keluhan yang dirasakan ibu. Kram/mules ringan tanpa disertai flek, Insya Allah aman,” katanya.
Namun ia juga menyebutkan bahwa hal itu dilarang bagi ibu hamil dengan risiko keguguran tinggi atau punya penyuli. Misalnya memiliki riwayat keguguran/persalinan prematur berulang, posisi plasenta menutupi jalan lahir, inkompetensi mulut rahim.
Lalu dr. Aviasti Pratiwi Andayani menjawab pertanyaan benarkah menjelang persalinan harus sering berhubungan suami istri?
Jawabannya ya. Sebagai induksi alami, ketika Ayah dan Bunda merasa nyaman dan kondisi kehamilan aman, hubungan dapat dilakukan sesering mungkin.
Sumber: Pikiran Rakyat
Kolom Komentar post