Pekanbaru, Riau24jam – Kisah perburuan minyak bumi di Indonesia tidak lepas dari sosok Richard Hutchinson Hopper. Geolog asal Amerika Serikat ini adalah figur sentral di balik penemuan ladang minyak terbesar di Indonesia. Cerita bermula ketika Standard Oil of California ( Socal ) mencoba peruntungan menemukan emas hitam di Hindia pada 8 Maret 1924. Tim geolog Socal tiba di Batavia ( kini Jakarta ) setelah menempuh 35 hari perjalanan dengan kapal dari San Francisco.
Dikutip dari buku Pipeline to Progress keluaran 1983, Hindia Belanda merupakan tujuan pertama Socal mencari minyak di luar belahan bumi bagian barat. Misi utama tim geolog tersebut yakni menguji cekungan sedimen Hindia Belanda dan berusaha mendapatkan hak eksplorasi di wilayah yang menjanjikan minyak. Tim geolog ini dipimpin alumni University of California, Emerson McMilin Butterworth. Dia dibantu oleh Richard Nelson, Milo Orr dan Earl Wall.
Menariknya, Nelson sempat datang ke Pekanbaru pada Juni 1924. Namun kunjungan itu tidak menghasilkan ketertarikan Socal untuk menindak lanjuti daerah yang pada akhirnya terbukti kaya akan sumber minyak bumi. Sebagai salah satu upaya untuk memperkenalkan Socal di Hindia Belanda, pada akhir 1924 Butterworth sempat melakukan audiensi dengan Gubernur Jenderal Hindia Belanda, Dirk Fock.
“Selama dua tahun tim geolog Socal berkeliling Hindia Belanda. Setiap kali melihat potensi minyak dan mengajukan hak eksplorasi, Socal selalu ditolak Pemerintah Kolonial. Tampak jelas Pemerintah Kolonial berusaha mempertahankan semaksimal mungkin posisi cadangan minyak Hindia Belanda untuk Royal Dutch Shell,” tulis buku tersebut dalam artikel tentang Hopper yang ditulis peminat sejarah lulusan Universitas Gadjah Mada ( UGM ), Rino Surya Budisaputra.
Socal tidak menyerah begitu saja. Butterworth melobi Departemen Luar Negeri Amerika Serikat untuk menekan Pemerintah Kolonial. Bersama Francis B Loomis dia memutuskan untuk berangkat ke Belanda demi memuluskan upaya Socal mendapatkan hak eksplorasi.
Dalam usaha memberikan tekanan diplomatik kepada Belanda, Departemen Luar Negeri AS memberikan argumen yang sulit dibantah, fakta bahwa Royal Dutch Shell merupakan salah satu produsen minyak utama di Paman Sam. Pada 1930 Pemerintah Kolonial akhirnya dengan setengah hati memberikan peluang kepada Socal untuk mengajukan hak eksplorasi.
Socal memanfaatkan kesempatan itu. Dalam Bulletin of the American Association of Petroleum Geologist, Volume 46, No.2, Februari 1962, tertulis bahwa Socal dengan Texaco mendirikan anak perusahaan yang bernama Nederlands Pacific Petroleum Maatschappij (NPPM) pada 1930. Butterworth bertindak selaku Resident Managing Director. Ketika itu NPPM berusaha membidik konsesi minyak di Kalimantan Timur.
Sumber: inews.id
Kolom Komentar post