RIAU24JAM.COM – Israel baru saja meresmikan sebuah asosiasi untuk mengikat komunitas Yahudi yang tersebar di negara-negara Arab Teluk.
Hal ini diumumkan oleh Kementerian Luar Negeri Israel pada Senin 15 Februari 2021 kemarin. Asosiasi komunitas Yahudi itu diklaim ‘yang pertama dari jenisnya’.
Israel membentuk asosiasi tersebut untuk melayani komunitas Yahudi di enam negara Arab Teluk, yakni Arab Saudi, Bahrain, Oman, Uni Emirat Arab (UEA), Kuwait, dan Qatar.
“Kami berkomitmen pada pertumbuhan dan perkembangan kehidupan orang-orang Yahudi di negara-negara Teluk,” kata Asosiasi Komunitas Yahudi Teluk (AGJC) lewat Twitter dikutip Pikiran-Rakyat.com dari Anadolu Agency.
Di hari yang sama, Perusahaan Penyiaran Publik Israel (IPBC) ikut mengumumkan peresmian komunitas Yahudi itu.
Mereka mengatakan AGJC akan berupaya menyediakan layanan keagamaan bagi orang-orang Yahudi yang datang ke negara-negara Arab Teluk.
Dengan begitu, orang-orang Yahudi Israel yang hendak tinggal maupun berwisata ke negara-negara Arab Teluk tidak perlu khawatir lagi.
IPBC menyebut asosiasi komunitas Yahudi Teluk tersebut akan dipimpin oleh ketua komunitas Yahudi di Bahrain, Abraham Nono.
“Tujuan asosiasi ini ialah menyatukan sumber daya dan menyediakan bantuan keagamaan,” ucap Abraham.
Hubungan antara Israel dengan negara-negara Arab Teluk memang semakin mesra, khususnya dengan Uni Emirat Arab (UEA).
Israel belum lama ini mengungkap data jumlah wisatawan Yahudi yang melancong ke UEA pascanormalisasi hubungan diplomatik Israel-UEA pada September 2020 lalu.
Selama lima bulan terakhir, setidaknya ada sekitar 130 ribu turis Israel yang mengunjungi UEA.
Hingga saat ini, sudah ada enam negara Arab Muslim yang menandatangani perjanjian normalisasi hubungan dengan Israel.
Empat negara di antaranya baru meneken normalisasi hubungan dengan Israel tahun lali, yakni UEA, Bahrain, Sudan, dan Maroko.
Mereka menyusul dua negara lain yang telah lama ‘hidup berdampingan’ dengan Israel, yaitu Mesir dan Turki.
UEA menjadi pelopor normalisasi hubungan dengan Israel. Kendati ditentang banyak negara, UEA tetap meneken perjanjian damai itu.
Bahrain dan Maroko juga melenggang tanpa halangan saat menandatangani normalisasi hubungan dengan Israel.
Hanya Sudan yang kewalahan menghadapi penolakan rakyatnya. Kondisi mengakibatkan Sudan terperosok ke jurang krisis yang lebih dalam di tengah pandemi Covid-19.
Sikap ‘lemah lembut’ ketiganya menciptakan perlawanan yang lebih kuat di sejumlah negara Muslim.
Pakistan dan Indonesia mengeluarkan pernyataan tegas untuk menolak normalisasi hubungan dengan Israel meskipun ditawari uang pemulihan ekonomi yang jumlahnya tidak sedikit.
Aljazair bahkan berani keluar dari forum internasional ketika muncul perwakilan dari Israel sebagaimana dikabarkan Pikiran-Rakyat.com sebelumnya.
Sumber : PikiranRakyat
Kolom Komentar post