(Peristiwa-Riau24jam.com) Pemerintahan Indonesia masih terus berjuang karena keberadaan Belanda yang masih mengusik kala itu. Bahkan Soekarno dan Hatta pun tidak luput dari berbagai teror yang ditujukan untuk melemahkan kembali pemerintahan Indonesia. Kondisi pun kembali genting, hingga terpaksa pada 4 Januari 1946, Ibukota Republik Indonesia dipindah dari Jakarta ke Yogyakarta.
Perpindahan Ibukota dari Jakarta ke Yogyakarta ini dilakukan untuk menghindari situasi yang semakin kacau setelah Belanda menguasai Jakarta. Rencana perpindahan Ibukota ini pun dilakukan dengan singkat rapat terbatas. Berdasarkan usulan dan koordinasi dari pemerintah Daerah Yogyakarta, Soekarno memutuskan untuk mengatur pemerintahan nasional dari kota Yogyakarta.
Dalam upaya perpindahan Ibukota Jakarta ke Yogyakarta ini mempunyai runtutan peristiwa penting yang perlu diketahui. Ini juga menjadi momentum sejarah yang perlu diingat bagi masyarakat Indonesia untuk menghargai perjuangan para pahlawan.
Kedatangan Tentara NICA Belanda
Peristiwa pemindahan Ibukota RI ke Yogyakarta pada 4 Januari 1946 bermula saat kedatangan tentara NICA Belanda yang ingin menguasai kembali wilayah jajahan di Indonesia. Sebelumnya, Jepang telah menyerah pada sekutu Indonesia pada 14 Agustus 1945. Kemudian 16 September 1945, tentara Indonesia berlabuh di Tanjung Priok untuk melucuti senjata dan memulangkan tentara Jepang serta membebaskan tawanan perang.
Namun kedatangan tentara sekutu ternyata diboncengi oleh tentara NICA Belanda. Pada saat itu, tentara NICA ingin kembali membangun wilayah penjajahan di Indonesia.
Kedatangan tentara Belanda semakin membuat ketegangan dengan rakyat Indonesia. Pihak Belanda seperti menganggap bahwa Indonesia belum merdeka dan masih menjadi wilayah penjajahannya.
Beberapa Tokoh Nasional Menjadi Sasaran
Setelah kedatangan tentara Belanda di Tanjung Priok, situasi pun semakin kacau. Bahkan dengan sengaja, pemerintah Belanda membuka kantor dan bersikeras kembali menguasai Ibukota Jakarta.
Bukan hanya itu, upaya Belanda yang ingin kembali berkuasa juga dilakukan dengan upaya penculikan dan pembunuhan beberapa tokoh nasional. Seperti pada 26 Desember 1945, di mana Menteri Sutan Sjahrir dikejar sekelompok bersenjata dan nyaris dibunuh. Namun untungnya berhasil diselamatkan oleh Pilisi Militer Inggris.
Bukan hanya itu, pada 28 Desember 1945 Menteri Keamanan Rakyat, Amir Sjarifuddin pun tak luput jadi sasaran. Saar itu Menteri Amir dalam perjalanan menuju rumah Bung Karno, ia pun nyaris terkena sasaran tembak di depan Sekolah Tinggi Guru karena peluru meleset dan hanya mengenai mobil. Namun sebulan sebelumnya, Ketua Komite Nasional Indonesia Mohammad Roem tertembak di bagian paha kirinya.
Gelar Rapat Terbatas
Situasi yang semakin bahaya pun turut mengancam Soekarno saat itu. Soekarno bahkan sempat mendapat beberapa kali ancaman dan teror mengerikan.
Tidak bisa dibiarkan terlalu lama, kemudian Soekarno menggelar rapat terbatas pada 1 Januari 1946 di kediamannya, Jalan Pegangsaan Timur Nomor 56 Jakarta. Dari hasil rapat tersebut, pemerintah Indonesia sepakat untuk mengendalikan jalannya pemerintahan dasri lingkup daerah.
Kemudian pada 2 Januari 1946, Sultan Hamengku Buwono X saat itu menyarankan agar Ibukota ri dipindahkan sementara ke Yogyakarta. Lalu Soekarno menanyakan kembali kesanggupan dan kesiapan pemerintah Yogyakarta untuk menerima rencana pemindahan Ibukota. Setelah menyanggupi, Soekarno menerima tawaran tersebut.
Sampai di Yogyakarta
Berangkat dari kediaman Soekarno, 15 pasukan khusus siap mengawal para tokoh hingga sampai di Yogyakarta. Setelah melewati 15 jam perjalanan kereta, rombongan akhirnya sampai di Yogyakarta pada 4 Januari 1946 pukul 09.00 WIB.
Diumumkan Melalui Siaran RRI
Pada hari kedatangan rombongan Soekarno ke Yogyakarta, Wakil Menteri Penerangan, Mr. Sli Sastromidjoyo mengumumkan siaran resmi pemindahan Ibukota RI ke Yogyakarta melalui siaran RRI. Dalam siaran tersebut, dijelaskan pemindahan Ibukota dilakukan karena situasi Jakarta yang semakin genting dan tidak aman. Selain itu, fasilitas yang ada di Yogyakarta dinilai sangat memadai untuk dijadikan pusat sistem pemerintahan sementara.
Itulah yang menjadi alasan dipilihnya Kota Yogyakarta sebagai Ibukota untuk menjalankan pusat pemerintahan sementara. Sejak saat itu, yaitu 4 Januari 1946 Yogyakarta resmi menjadi Ibukota RI dan pemerintah Indonesia kembali meneruskan perjuangan melawan penjajah Belanda. Pusat pemerintahan Indonesia saat itu berkantor di Gedung Agung yang terletak di seberang bekas benteng Vredeburg.
Kolom Komentar post